Pemetaan Alih Fungsi Lahan Di Gili Tarawangan Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Authors
Andika Ditya Rahman , Lalu Arifin Aria Bakti , Bustan BustanDOI:
10.29303/jsqm.v2i1.148Published:
2023-03-25Issue:
Vol. 2 No. 1 (2023): Journal of Soil Quality and ManagementKeywords:
Pembangunan, alih fungsi lahan, ArcGis 10.4Articles
Downloads
How to Cite
Abstract
Gili Trawangan ialah sebuah pulau wisata yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kecamatan Pemenang, Desa Gili Indah, yang terletak pada koordinat lintang dan bujur : -8.350785, 116.038628 memiliki luas ± 340 ha, Gili Trawangan sebuah pulau wisata yang cukup banyak diminati oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu penyediaan prasarana haruslah memadai sehingga para pengunjung mendapatkan pelayanan yang bagus dan merasa nyaman untuk datang ke Gili Trawangan. Sehingga para pengusaha investor berlomba-lomba untuk mencari lahan perkebunan milik warga Gili Trawangan untuk dijadikan sebagai tempat membangun hotel, villa dan restaurant karena kedepannya sangat menguntungkan bagi para pengusaha. Ketersediaan lahan di Gili Trawangan yang kurang juga menjadi kendala tersendiri, dengan demikian terpaksa melakukan alih fungsi lahan perkebunan kelapa menjadi daerah pariwisata untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan penggunaan lahan di Gili Trawangan untuk mengetahui laju alih fungsi yang terjadi dari tahun 2013 sampai 2021 serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.4, yang mana tahapan-tahapannya meliputi koreksi geometrik, dan interpretasi citra. Data yang digunakan adalah data citra satelit dengan periode perekaman dari tahun 2013-2021. Hasil analisis menunjukan bahwa perubahan tata guna lahan yang terjadi pada Gili Trawangan selama kurun waktu sembilan tahun, dari tahun 2013 sampai dengan 2021 yaitu sebesar 136,19 Ha dengan laju alih fungsi sebesar 434,96%. Perubahan terjadi pada lahan perkebunan, lahan vegetasi non budidaya, dan lahan terbuka menjadi lahan sarana dan prasarana wisata. Faktor-faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan yaitu banyak terjadinya pembangunan sarana dan prasarana pariwisata. Faktor lainnya yaitu dari segi ekonomi hasilnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjadi petani kelapa, dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat.References
Abidin, H. Z. 2007. Konsep Dasar Pemetaan. ITB. Bandung.
Adi, Sasono. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Afriliasari, F., Utomo R. P., Yudana G. 2017. Hubungan Tingkat Kegiatan Pasar Tradisional Baru Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Perdagangan Jasa Di Kota Surakarta. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret,Surakarta.
Ahyadi, H dan A. Jufri. 2008. Analisis perubahan ekosistem terumbu karang untuk menunjang pengelolaan kawasan TWAL Gili Indah yang berkelanjutan. Laporan kegiatan riset dan pengembangan daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Nusa Tenggara Barat, Mataram.
Antara, M dan N. Panning. 1999. Keterkaitan antara Pariwisata dengan Pertanian di Bali: Tinjauan dengan Model Social Accounting Matrix. Puslit Kebudayaan dan Pariwisata Universitas Udayana.
Anggraini, N., Adawiah S. W., Ginting D. N. B., Marpaung S. 2019. Analisis Spasial Kesesuaian Budidaya Kerapu Berbasis Data Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Pulau Ambon Maluku). Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN.
Astuti, D. 2011. Keterkaitan Harga Lahan Terhadap Laju Konversi Lahan di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor. [skripsi, unpublished]. Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang. 2011. Ekosistem TWP Gili Marta. https://kkp.go.id/ [2 Maret 2022].
Bali-bisnis.com. 2013. Sempadan pantai: Lombok Utara tertibkan pelanggar. http://www.bali-bisnis.com/index.php/sempadan-pantai-lombok-utara-tertibkan-pelanggar/. [5 Juli 2021].
Benu, N. M., & Moniaga, V. R. 2016. Dampak Ekonomi dan Sosial Alih Fungsi Lahan Pertanian Hortikultura Menjadi Kawasan Wisata Bukit Rurukan di Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon. Agri Sosioekonomi 12(3), 113-124.
Cohen, E. 1984. The Impact of Tourism on the Physical Environment, Annals of Tourism Research 5(2), p.215-237.
DigitalGlobe. Quickbird Imaging Satellite. 2009. www.digitalglobe.com [2 Maret 2022].
Ekadinata. 2008. Pemprograman Database Berbasis Web. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Faizun, M. 2009. Dampak Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini Terhadap Masyarakat Setempat di Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro.
Furi, D.R. 2007. Implikasi Konversi Lahan Terhadap Aksesibilitas Lahan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa. Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gao, J., Wei, Y., Chen, W., & Yenneti, K. 2015. Urban land expansion and structural change in the Yangtze River Delta, China. Sustainability 7(8), 10281-10307.
Hutomo, A. 2018. Gili Trawangan Sebagai Destinasi Wisata Pulau Lombok. Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.
Indraswara, M. S., 2008. Evaluasi Penerapan Rencana Tata Ruang Resort Pariwisata Gilitrawangan – Nusa Tenggara. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman.
Iqbal, N. 2007.Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi. Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Jensen, JR. 1996. Introductory Digital Image Processing, A Remote Sensing Perspectives 2nd Ed. Prentice-Hall, Inc. USA.
Kassaldi, A. S. O. 2020. Perancangan Pondok Inap Lestari Di Gili Trawangan, Lombok Dengan Penerapan Material Lokal Terbarukan (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Indonesia).
Kurniawan, F. 2017. Studi Resiliensi Spasial Pulau-Pulau Kecil: Kasus Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Taman Wisata Perairan Gili Ayer, Gili Meno, Dan Gili Trawangan (Gili Matra), Nusa Tenggara Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lillesand, TM., and Kiefer RW. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. John Wiley and Sons. New York.
Lillesand, TM., dan Kiefer RW.1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Cetakan ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Lintz, J.Jr., dan D.S. Simonett. 1976. Remote Sensing of Environtment. AddisonLondon: Wesley Publishing Company.
Lisnawati, Y., Dan Wibowo A. 2007. Penggunaan Citra Landsat Etm+ Untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Di Kawasan Puncak. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Kampus Badan Litbang Kehutanan.
Metekohy, E. F., Mononimbar, W., & Tarore, R. C. 2016. Perubahan Tata Guna Lahan pada Pusat Kota Ambon. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mujiyo, Sumani dan Noorhadi. 2008. Pemetaan Alih Fungsi Lahan Pertanian Dengan GIS dan Remote Sensing. Staf Pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS. Universitas Sebelas Maret.
Murai, S. 1996. Remote Sensing Note Japan : Japan Association on Remote Sensing.
Murdana, I. M., 2013. Potensi Dan Karakteristik Daya Tarik Wisata Pulau Tiga Gili (Trawangan, Meno, Dan Air). Akademi Pariwisata Mataram.
Nawangwulan, N. H., Sudarsono B., Sasmito B. 2013. Analisis Pengaruh Perubahan Lahan Pertanian Terhadap Hasil Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Pati Tahun 2001 – 2011. Teknik Geodasi Universitas DIponogoro, Semarang.
Permana, E., H. R. Santosa, B. Soemardiono. 2010. Integrasi Pengembangan Wisata Pantai dan Permukiman Nelayan di Pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Rangka Konservasi Alam. Surabaya: Jurusan Arsitektur ITS.
Prahasta, 2005. Penggunaan Quantum GIS dalam Sistem Informasi Geografis. Bogor.
Prahasta, Eddy, 2002, Sistem Informasi Geografis (Tutorial Arcview), Bandung: Informatika Bandung.
Prasetyo, W. T. 2013. Kajian Kualitas Permukiman Dengan Citra Quickbird Dan Sig Di Kecamatan Serengan. 296-297. Surakarta : Universitas Diponegoro.
Rudianto, B., 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m. Jurusan Teknik Geodesi – FTSP Institut Teknologi Nasional. Bandung.
Ruswandi, Agus. 2007. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani Dan Perkembangan Wilayah:Studi Kasus di Daerah Bandung Utara. Jurnal Agro Ekonomi Vol 25 No 2.
Ruzic, V., and Sutic, B. 2014. Ecological risks of expansive tourist development in protected areas – case study: Plitvice Lakes National Park. Coll. Antropol. 38: 241-248.
Sampurno, R. M., Thoriq, A., 2016. Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (Oli) Di Kabupaten Sumedang. Laboratorium Sistem Dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian Dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Sandy, I Made. 1972. Esensi Kartografi. Jakarta : Direktorat Jenderal Agraria.
Sari, N. M., Kushardono D. 2019. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bandara Internasional Jawa Barat Terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian Melalui Citra Satelit Resolusi Tinggi. Pusat Pemanfaatan Pengindraan Jauh LAPAN. Jl. Kalisari no. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710.
Sinaga, Maruli S. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Simamora, M. F. B., Sasmito B., Hani’ah, 2015. Kajian Metode Segmentasi Untuk Identifikasi Tutupan Lahan Dan Luas Bidang Tanah Menggunakan Citra Pada Google Earth. Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Sri, F. H. P. and Tjaturahono, B. S. (2008) Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. BAB III: Dasar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN, Jakarta.
Sulaksana, N., Sjafrudin, A., Sukiyah, E., Raditya, P. P., Abdulah, F., & Setiyanto, P. 2015. Peran Tata Guna Lahan Terhadap Distribusi Tingkat Kerawanan Erosi Di Kawasan Ciletuh Jawa Barat. Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, 13(2).
Sumantra, I.K., Agung, A. P., Sudiana A. K., Dera. 2018. Development Strategy of Kutuh Village-Badung Coastal Area as a Tourist Object. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 12(11) : 34-37.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tatura, L. S. 2010. Kajian Perubahan Tata Guna Lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.
Tursilowati, L. 2010. Pulau panas perkotaan akibat perubahan tata guna dan penutup lahan di bandung dan bogor. LAPAN.
Utami, W., Rahman, A., & Sutaryono, S. 2022. Pendekatan Interpretasi Visual Dan Digital Citra Pleiades Untuk Klasifikasi Penutup Lahan. Geography: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 10(1), 18-31.
Utomo, M., Rifai E., dan Thahir A. 1992. Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.
Wahyunto dkk,. 2001. “Studi Perubahan Lahan di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang Jawa Tengah.” Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Hal 39‐ 40. Bogor 1 Oktober 2022.
Widayanti, R. 2010. Formulasi model pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap angkutan kota di Kota Depok. Universitas Gunadharma, Depok.
Wisnawa, M. B. 2009. Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Masyarakat Lokal di Kawasan Tanjung Benoa. http://madebayu.blogspot.com/2009-10-01archive.html. [10 Oktober 2022].
Yuanita, A., Suprayogi, A., Hania’ah., 2013. Kajian Ketelitian Pemanfaatan Citra Quickbird Pada Google Earth Untuk Pemetaan Bidang Tanah. Teknik Geodesi Universitas Diponegoro, Semarang.
Yustisi, M. J., 2018. Analisis Stakeholders Dalam Pengelolaan Objek Wisata Gili Trawangan Di Kabupaten Lombok Utara. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) MATARAM.
Zubaedi, 2014. Alih Fungsi Lahan Perkebunan Menjadi Daerah Pariwisata Dalam Perspektif Tata Ruang. Kepala Bagin Bagian Hukum Pemkot Mataram –NTB.